Kamis, 05 April 2012

penyesalan seorang anak kepada ibunya

K
etika senja mulai datang, seorang Ibu sedang duduk diteras rumahnya seperti biasanya Ibu yang biasa dipanggil Bu’Anim itu terkenal sangat   ramah dan sederhana kepada tetangga bahkan kepada orang yang baru dikenalnya.
Bu’Anim sehari-hari sebagai pedagang sayur gendongan, dia melakukan pekerjaan itu semata-mata hanya untuk anaknya semata wayang yang sekarang anaknya itu berada di Kairo Mesir karena mendapat beasiswa perguruan tinggi, anaknya bernama adhi. Ia  memang sudah lama memimpikan untuk melanjutkan sekolah keluar negeri, berbagai cara ditempuhnya. Adhi tahu ibu nya adalah pedagang sayur dan berpenghasilan sangat pas-pasan maka dari itu ia harus berusaha sendiri untuk mencapai impiannya tersebut.
Dan akhirnya impian adhi terwujud, dia mendapat beasiswa ke Kairo, bu’Anim sangat bangga atas apa yang telah dicapai anaknya itu.
Tetapi bu’anim sangat sedih karna Adhi anaknya, sangat membenci ibunya itu dikarenakan sang ibu menderita kebutaan dimata sebelah kanannya, pada saat Adhi duduk disekolah dasar Adhi sering diejek teman-temannya dan pada saat pengambilan rapor kelas 5 sekolah dasar Adhi sengaja tidak memberitahukan Ibunya karena malu jika Ibunya datang kesekolah dan bertemu dengan teman-temannya pasti ia akan diejek.
Ibu anim sangat sabar dan berjiwa besar dia sadar diri kalau dibenci oleh anaknya sendiri karena ia cacat.
Dan ketika adhi dewasa, tak merubah sikap benci Adhi kepada ibu nya yang buta tersebut sampai pada saat adhi hendak berangkat ke Kairo Adhi tidak berpamitan kepada ibunya, bu’Anim hanya tersenyum kecil dan menahan tangis dirumah gubuk yang sangat amat sederhana tersebut.
Dua tahun telah berlalu atas kepergian Adhi ke Kairo, bu’anim selalu berdoa untuk anaknya agar anaknya selalu dalam lindungan-Nya. Dan setiap lima bulan sekali bu’Anim selalu menulis surat untuk anaknya yang salah satu suratnya berisi
asalamualaikum wr.wb
Apa kabar anak ku tersayang? Insya Allah kau selalu mendapatkan perlindungan-Nya. Ibu sangat merindukanmu nak
Pesan ibu satu padamu janganlah kamu meninggalkan perintah Allah. Semoga kamu baik-baik saja disana,dan jika sempat berkunjunglah kerumah gubukmu dan temui ibumu ini karena ibu sudah sangat rindu dan ingin bertemu dengan mu.
Wasalammualaikum wr.wb”
Tetapi surat tersebut tiada yang sampai ke Kairo karena bu’anim tidak tahu bagaimana cara mengirimkannya hal tersebut tak menyurutkan hati bu’anim karena ia percaya suatu saat ia akan mengirimkan surat-surat tersebut untuk anaknya di Kairo.
Setiap bu’anim berjualan sayur ia meniatkan seluruh pendapatannya untuk ia tabungkan agar ia dapat pergi ke Kairo dan bertemu dengan Adhi, lima tahun telah berlalu dan bu’anim bertanya kepada pelanggannya bagai mana cara untuk pergi ke kairo.
Pelanggannya itu bernama ibu Desi, setelah sampai kerumah ibu Desi bu’Anim mulai mendiskusikan hal tersebut
bu Desi saya mau tanya, bagaimana ya cara untuk pergi keluar negeri?”
“hah? Bu’anim mau keluar negri?”
Pandangan tak percaya bu’desi untuk bu’anim tersirat diwajahnya
iya saya ingin bertemu anak saya di Kairo Adhi namanya, sudah lima tahun saya tak melihatnya dan ia pun tak memberi kabar kepada saya, saya kuatir takut terjadi apa-apa disana bu, apakah ibu Desi bisa membantu saya?”
“hem baik saya akan bantu ibu”
Dan bu’Desi pun memberi tahukan bagai mana cara pergi keluar negeri dari prosedur sampai syarat-syaratnya pun bu’Desi yang membantunya
Tiga bulan kemudian dengan bantuan bu’desi Bu’Anim berangkat ke kairo dengan tabungan selama 5 tahun dan ditambah bantuan dari ibu’desi yang sangat membantu, bu’Desi ikut ke Kairo karena bu’desi mengkhawatirkan nenek tua itu untuk pergi seorang diri ke negeri orang.
Sesampainya di Kairo mereka beristirahat sejenak di hotel yang amat sederhana, mereka bermalam sehari dan keesokan harinya bu’anim dan bu’desi mencari apartement tempat dimana Adhi tinggal.
Setelah dapat, dan dirasa benar mereka mengetuk pintu apartment nomer 103 dan ternyata yang membukakan pintu adalah seorang wanita cantik, bu’Anim terkejut dan kemudian ia mulai memastikannya.
“asalamualaikum, maaf apakah benar ini kediaman bapak Adhi?”
“iya betul,maaf kalian siapa ya? dan ada keperluan apa?”
“saya bu’anim dan ini teman saya bu desi. saya ingin bertemu dengan anak saya adhi, apakah bapak adhi ada?”
“oh ya tentu ada, silahkan masuk. Tunggu sebentar saya akan memanggilkan suami saya”
perempuan itu menjawab dengan ramah
Dan ternyata Adhi sudah berkeluarga, mengetahui hal tersebut bu’Anim sangat senang karena anak yang ia khuatirkan dalam keadaan baik dan bahagia.
Adhi menghampiri bu’anim dan bu’desi
“Adhiiii ??? ya’Allah ini benar kamu nak? Ibu sangat merindukan mu nak syukur alhamdulillah kamu baik-baik saja nak”
“maaf, anda siapa ya?”
Sontak bu’anim dan bu’desi terkejut. Anak yang ia rindukan tak mengenalinya
“ini ibu mu nak, apakah kamu lupa dengan ibu mu sendiri?”
Air matapun turun tiada henti membasahi pipi bu’Anim
“Ibu? Saya tidak pernah memiliki ibu sepertimu”
Istri Adhi pun terkejut dan bertanya-tanya. sebenarnya apa yang terjadi mana yang benar dan mana yang sebenarnya salah, bu’anim tidak bisa berkata-kata lagi.
“lebih baik ibu pergi dari sini karena saya sama sekali tidak mengenali anda”
Dengan mata yang masih mengeluarkan air mata, ibu Anim pergi meninggalkan apartment Adhi ditemani bu’desi
Keesokan hari nya bu’anim dan bu’desi pulang ke Indonesia karena memang mereka hanya tinggal 2 hari saja di Kairo.
Setelah kejadian itu bu’Anim tidak berjualan dan lebih menghabiskan waktunya didalam rumah.
Bu’anim yang sudah cukup tua itu banyak mendapat simpati dari tetangga dan kerabatnya tetapi bu’anim tetap tegar dan rendah hati terbukti ia tak meminta-minta kepada tetangganya walau ia tak memiliki uang untuk makan sekalipun.
3bulan kemudian
Dan disuatu ketika Adhi mendapatkan tugas yang kebetulan bertempat di Indonesia, Adhi mengajak anak dan istrinya ke Indonesia sekalian untuk berlibur.
Tersirat difikiran Adhi untuk mengunjungi rumah gubuknya diDesa
Setelah sampai dirumahnya ia mengetuk pintu ternyata pintu rumahnya tak terkunci, Adhi mengucapkan salam dan tak ada yang menjawab salamnya
Dan ia masuk kekamar yang diketahui kamar ibu nya bu’anim
Dilihatnya sang ibu sedang duduk dan tertidur dimeja kamarnya dengan lampu kuning yang hampir redup.
Adhi berniat membangunkan ibu nya dan ketika Adhi membangunkan ibu nya tersebut teryata bu’Anim sudah tak bernyawa lagi Adhi menerima kenyataan bahwa sang Ibu telah tiada.
Adhi menjerit histeris ia menyesali perbuatannya tersebut bahkan Adhi tidak bisa lagi meminta maaf kepada ibu nya.
Dan adhi melihat ada tumpukan surat diatas meja yang diselimuti debu Adhi membukanya dan membaca isi surat-surat tersebut dan semuanya ternyata untuknya, Adhi tak bisa menahan airmatanya lagi
Entah apa yang telah ia perbuat untuk ibu nya dan satu surat yang membuatnya lebih terkejut adalah
“asalamualaikum wr.wb
Tak bosan ibu mengucap rindu untukmu adhi anakku.
Apakabar mu nak?
Semoga kamu tetap tersenyum dan selalu mengingat ibu disini.
Maafkan ibu nak telah membuat mu malu akan keadaan ibu yang cacat seperti ini.
nak apakah kamu ingat waktu kamu berumur 5 tahun kamu kecelakaan dan membuat mata kananmu menderita kebutaan,ibu tak mau kau malu akan kecacatan yang kamu derita karena kelak kau akan dewasa dan memerlukan kesempurnaan pada pengelihatannmu.maka ibu mendonorkan mata ibu ini untuk mu, agar kau berhasil kelak dan kini terbukti kau dapat mencapai cita-cita mu untuk pergi keluar negeri untuk melanjutkan sekolah disana.
jaga dirimu baik-baik nak disana,jangan mengkhawatirkan ibu karena ibu akan baik-baik saja disini.
wasalamualaikum wr.wb”
                              jakarta Indonesia , 14 november 2001

Ibumu yang merindukanmu
ANIM
Adhi tak akan pernah memafkan kesalahannya dan ia hanya bisa berdoa untuk ibunya agar beliau diberi tempat yang terindah disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar